Sebelumnya aku ingin memperkenalkan diriku, namaku Liana. Mamaku
seorang suster kepala di sebuah rumah sakit ternama, Mamaku ditinggal
oleh papaku sejak aku kecil. Papa asliku adalah seorang tentara yang
tewas dalam tugas.
Sejak ditinggalkan oleh papa, mama
sering berganti ganti pasangan, karena dari dirinya merindukan belain
kasih sayang dari seorang pria. Tidak jarang aku mendapati mama sedang
bercinta di sofa di ruang tamu dengan pria yang belum pernah aku lihat
sebelumnya. Hal itu pulalah yang membuatku dewasa belum pada saatnya.
Aku kehilangan keperawananku pada umur 13 karena aku jatuh cinta dengan
pemuda berumur 19 yang bekerja di Mc Donald di dekat rumahku. Biarpun
aku sudah rusak tetapi hubunganku dengan mama sangat baik. Dia yang
mengajarkan aku bagaimana aku harus manjaga tubuhku, bagaimana caranya
memuaskan pria dan sampai bagaimana untuk mengindari kehamilan. Aku
sangat mencintai mamaku. Dia adalah idolaku. Aku tahu bahwa semua yang
dia lakukan demi aku, dan aku selalu berdoa agar mama mendapatkan
cintanya yang abadi.
Suatu hari mama mengajakku untuk
makan malam. Dia bilang kalau dia mendapat kunjungan. Aku pun senang,
karena berharap kunjungan itu dari seorang pria. Dan tebakanku pun
benar. Frans seorang dokter muda yang cakap, tinggi tegap, berambut
coklat tua dan tidak botak. Dia terhitung tampan dibanding dokter-dokter
yang kukenal. Dia sangat ramah dan baik hati. Aku sangat menyukai
Frans, demikian pula mamaku. Setengah tahun kemudian mereka pun menikah,
dan aku masih ingat aliran air mata kebahagiaan mama. Di saat itu aku
merasa bahwa doaku terkabulkan.
Hidup kami berubah dengan
kehadiran seorang pria di keluarga kami. Aku tidak perlu lagi mengganti
lampu yang rusak, atau memperbaiki saluran air yang mampet. Bahkan
tingkat ekonomi kami pun meningkat drastis. Kini kami tinggal di rumah
Frans yang cukup besar dan mewah untuk kami. Bahkan di ulang tahunku
yang ke 18 dia membelikan sebuah mobil baru yang sebelumnya hanya ada di
mimpi-mimpiku. Tidak hanya itu, tapi bertambah seringnya erangan nikmat
yang setiap malam kudengar. Wajah mama sangat berseri-seri setiap pagi
begitu juga Frans. Sampai terjadinya suatu peristiwa.
Aku
masih ingat sekali peristiwa malam hari itu, Jumat tanggal 25 agustus
2000. Mama sedang pergi bersama teman-temannya selama akhir minggu.
Frans hari itu mendapat undangan pesta bujang seorang temannya yang
hendak menikah keesokan harinya. Aku sebagai remaja menikmati akhir
minggu di diskotik hingga larut malam. Sepulang dari disko aku merasa
lelah dan mabuk. Setiba di rumah aku langsung berendam air hangat di
bath up, sambil menikmati musik di tengah remang-remang nyala lilin.
Tiba-tiba
pintu kamar mandi dibuka dengan cepat dan masuk Frans. Dia langsung
menuju ke keran air dan membasahi kepalanya. Dia tidak sadar bahwa ada
seorang gadis telanjang yang tergeletak di sebelahnya. Setelah dia agak
tenang dia menegakkan kepalanya, dan dia menoleh ke arahku. Aku melihat
adanya rasa kaget di matanya disamping rasa kagum. Dia hanya terdiam
memaku memandangku. Ketika dia mencoba melangkah keluar aku pun
memanggilnya.
Frans hanya diam sambil memunggungiku,
kemudian dia pun kembali melangkah ke arahku dan duduk di tepi bath up.
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba dia sudah bersamaku di bath up. Kami
saling mengusap, saling membelai, saling mencium dan saling menggoda.
Aku sadar bahwa alkohol mampunyai peranan penting di sini, tapi aku
merasakan sensasi yang belum pernah aku alami. Getaran dan perasaan
melayang yang belum pernah aku alami bersama puluhan pria lainnya. Frans
dengan lembut menciumi tengkukku sambil dia mengangkat rambutku yang
basah. Aku sangat menikmati jilatan lidahnya sambil mendesah nikmat.
Frans
berbisik, "Nana, kau sangat cantik. Tubuhmu mengagumkan hmm,.."Aku
hanya diam mendesah. Tanganku yang sudah terampil sudah mencari mangsa.
Langsung kubelai penisnya yang sudah tegang. Aku pun berbalik
menghadapnya dan langsung mulai menjilati dadanya yang bidang, lalu
turun ke perut dan langsung ke tujuan utama. Aku jilat pelan-pelan, aku
hisap ujungnya, bijinya dan kemudian aku memasukkan semua batang
kejantanan ayah tiriku ke mulutku. Mungkin ini yang disebut kenikmatan
oleh pria, karena didikan mamaku aku mengerti apa yang selalu diinginkan
oleh seorang pria. Lidahku menari-nari menjilati penisnya. Saat itu aku
hanya mendengar gerangan nikmat dari mulut Frans, sembari kubelai-belai
pangkal pahanya. Tiba-tiba dia mencengkeram tanganku dan langsung
mengangkatku ke atas dadanya. Bibirnya mencari bibirku, hingga akhirnya
bibir kami bertautan, saling panggut dan saling gigit. Tangannya beraksi
di vaginaku, mencari titik lemah wanita, dan ohh,.. inilah yang
dinamakan profesional.
Dia sebagai dokter mengenal setiap
titik kelemahan seorang wanita. Dia meletakkan tubuhku di bagian pinggir
bath up dan mengangkat kedua pahaku ke arah bahunya. Dia mencari
vaginaku dengan mulutnya dan lidahnya. Aku tidak tahu apa yang terjadi.
Aku hanya merasakan ringan, melayang dan betapa tubuhku bergetar hebat.
Merasakan bahwa tubuhku bergetar tidak ada hentinya, Frans pun berdiri,
keluar dari bath up mengambil handuk dan mengangkat tubuhku serta
melilit tubuhku dengan handuk. Setelah dia pun mengeringkan tubuhnya
seadanya, dia mengangkat tubuhku menuju ke kamar tidurnya. Di ranjang di
mana dia biasa bercinta dengan mamaku tubuhku diletakkan, dan handuk
itu mulai dibuka pelan-pelan. Dasar Frans yang penuh selera humor, dia
masih sempat bercanda," Wuah seperti membuka kado natal saja rasanya!"
Aku pun sempat tertawa sebelum mulutku disumbat oleh mulutnya.
Dia
meneruskan apa yang sudah dia mulai. Dia mulai menjilati buah dadaku.
Setiap bagian tubuh yang sensitif dia jilati. Hingga dia sampai ke ujung
kaki, dia menjilati setiap jari kakiku, telapak kakinya dan lalu
membuka lebar selangkanganku. Dia maju ke depan pelan-pelan, agak
merebahkan dirinya di dadaku, sambil mendengarkan napasku yang
terengah-engah. Tangannya membelai rambutku yang masih basah. Tiba-tiba
sesuatu yang keras menusuk bagian vaginaku, hanya ujungnya saja, dia
melakukan dengan sangat lembut. Sambil menjilati dan menggigiti putingku
dia berhasil memasukan seluruh penisnya ke vaginaku. Beberapa saat
kemudian dia agak berdiri dan mengangkat kedua kakiku ke arah wajahnya
sambil terus memompa. Aku merasakan hanya kenikmatan, mungkin dari segi
ukuran penis dia tidak terlalu besar. Tapi bagiku ukuran tidak jadi
soal, yang penting bagaimana cara dia untuk mempergunakannya. Frans
sangat jago bercinta. Pada saat itu tidak banyak gaya yang kita coba.
Karena kenikmatan yang kita peroleh lebih penting daripada eksperimen.
Aku coba menikmati setiap detik yang kita lalu bersama.
Ada
perasaan menyesal ketika semua itu berakhir, perasaan menyesal telah
mengkhianati mama dan perasaan menyesal bahwa semua itu telah selesai.
Ingin rasanya kami mulai dari awal lagi, menikmati setiap detik dan
setiap sentuhan. Frans hanya diam memelukku, membiarkan kepalaku di
dadanya dan sembari mengecup-ngecup keningku dengan lembut.
Oh
mama, malu rasanya ketika aku bertemu mama. Mama yang selalu sayang
kepadaku, yang selalu perhatian akan diriku. Tapi di sisi lain aku
merasa sangat cemburu bila melihat mama bermesra mesraan dengan Frans,
perasaan benci melihat mama yang memeluk Frans. Aku selalu menangis
apabila aku mendengar desahan mama di saat mereka bercinta di malam
hari, aku selalu membuang muka apabila Frans pulang dari kerja dan
membawakan mama setangkai rose.
Setelah kejadian malam
itu, aku dan Franks selalu berusaha untuk mencari kesempatan untuk
berduaan. Mama sering bertugas jaga malam, dan itu kesempatan kami untuk
terus mengulanginya. Sering kami melakukannya di mobil, di gudang
ataupun di teras belakang rumah. Sudah hampir 1,5 tahun kami saling
sembunyi, tapi baru awal tahun 2002 yang lalu aku berani mengatakan
cinta kepada Frans. Dia hanya merengek dan menangis. Dia tidak bisa
melepaskan mama karena mama bagi Frans adalah sosok istri yang ideal.
Sedangkan diriku membuat Frans merasa muda, bergairah dan bersemangat
hidup kembali. Kami berdua tidak tahu apa yang harus kami lakukan.
Haruskah kami bersandiwara seumur hidup? Atau haruskah kami merusak
segala mimpi mama?Di saat ini aku kembali bertanya, benarkah Tuhan sudah
menjawab doaku?
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar